Aneh
jika laki-laki yang bertampang pas-pasan, berpakaian ala kadarnya, serta
berdompet tipis kaya triplek mencintai perempuan yang cantik, manis, dan perfect menurutnya. Hal tersebut
merupakan sesuatu yang absurd dan
mustahil. Jangankan mencintai, membayangkan saja adalah hal yang paling bodoh
untuk laki-laki tersebut. Laki-Laki itu bernama Yusa, seorang mahasiswa fakultas
Ekonomi jurusan manajemen semester 8. Di dalam hatinya hanya diisi oleh satu
sosok seorang wanita yang bernama Dea, yang merupakan teman satu kampusnya.
Dea
merupakan Miss kampus di kelasnya, kategori
cewek-cewek cantik yang bertampang artis. Itulah yang membuatnya sedikit
mempunyai teman di kampus nya. Cowok-cowok yang menjadi idola
mahasiswi-mahasiswi di kampus seperti Leo, Andi, Gharry, Reza, Aji, dan Micky sudah
pernah dipacarinya. Tidak ada cinta di antara Dea dengan cowok-cowok tersebut.
Hanya ada istilah “Manfaatin uang-nya, bantuan-nya, dan kepandaian-nya”.
Dea
merupakan wanita cantik tapi di satu sisi dia mempunyai kekurangan yaitu malas
dan boros. Di malam hari ia tak lepas dengan dunia gemerlap atau DUGEM. Dea bisa mencapai semester 8 ini
pun berkat kemurahan hati dosennya dan juga bantuan dari Yusa. Sebenarnya
banyak dosen yang mengusulkan untuk men-D.o-kannya, tapi karena rektornya teman
dekat Papa maka ada unsur rasa iba yang muncul. Dan sampai saat ini pun IPK Dea
hanya 2,45. Jauh dari kata membanggakan. Orang tuanya terlalu sibuk untuk
mengurusi anak semata wayang mereka. Orang tua Dea sudah bercerai sejak Dea
duduk di bangku SMA. Hal yang menyebabkan perilaku Dea berubah drastis tak
terkendali. Kuliah hanya dijadikan alasan agar dia dicap sebagai anak terdidik
yang telah sampai ke jenjang perkuliahan,
dan menghindari urusan keluarga yang membuat pecah kepalanya. Waktu perkuliahan
pun digunakan untuk bermain-main dan hal yang tak perlu, untuk sekadar
perlampiasan. Dan dia sering pulang ke kost larut malam.
“Gue
dah bosan menjalin hubungan yang hanya gue jadiin permainan dengan cowok, La!”
kata Dea kepada Lala teman sekamarnya.
“Gak
nyangka, ternyata loe sadar juga!”
“Iya
tapi gue pengen berhubungan dengan cowok yang lebih segala-galanya dari
mantan-mantan gue.”
“Hufttt,
emang loe bisa? Selama ini kan loe gak bisa serius De’ sama cowok?” cibir Lala.
Keesokan
harinya ada mata kuliah Manajemen
Investasi dan Keuangan Derivatif yang sebenarnya mata kuliah yang paling tidak
disukai Dea, tapi saat itu Dea memutuskan untuk mengikuti mata kuliah tersebut.
Dia tepat waktu masuk ke kelas. Hal yang membuat kagok teman satu kelasnya,
termasuk Yusa yang saat itu terheran-heran dengan perubahan Dea. Tapi ternyata
itu hanya perubahan sementara, dan berumur sejagung.
Setelah pulang kuliah Dea mampir dulu ke kantin
untuk sekadar mengisi perutnya yang kosong. Burger
dan jus strawberry adalah menu
favorit Dea. Setelah pesanan datang tiba-tiba Lala bersama Indra, teman satu
jurusannya datang.
“Hoii, sendiri aja loe!!!” teriak Lala sambil
sedikit mendorong pundak Dea dengan cepat.
“Apa sich loe ngageti gue aja!”
“Ni
De’ gue kenalin teman baru gue, dia anak pindahan dari Amrik.” Sambil memegang
pundaknya Indra.
Mereka
berdua saling jabat tangan. Kedua wajah mereka berseri-seri. Ada chemistry dari dua insan yang berkenalan
tadi. Ada juga kecocokan antara Dea dan Indra. Dari masalah, hobi, tempat hang out, kebiasaan, hingga selera
makanan.
Satu
bulan waktu berjalan, ada hal yang semakin membuat Dea suka dengan Indra, yaitu
perhatian, dan kebaikannya. Di samping itu juga, wajah Indra yang sedikit ke
indo-indo-an sebagai anugerah buat Dea. Justru, inilah awal cerita yang kelak
membuat Dea terpuruk dan tidak ada semangat hidup lagi. Akhirnya mereka pun
meresmikan sebagai sepasang kekasih, setelah Indra menyatakan cintanya di salah
satu diskotik yang ada di bilangan Jakarta. Pada malam itu juga Dea dan Indra
merayakan hubungan mereka dengan pesta minuman keras. Setelah selesai berpesta,
dan dengan kondisi yang sangat mabuk, Indra mengantarkan Dea pulang sampai di
kost nya.
Terdengar
ketukan pintu dari arah kamar kost Lala. Lala bergegas membukanya. Dea masuk dengan
badan sepoyongan dan keluar aroma alkohol yang menyengat dari tubuhnya. Lala
tidak habis pikir, dia berharap agar Dea bisa berubah setelah dekat dengan
Indra, tetapi harapannya tidak sesuai dengan keinginanannya. Lala merasa
bersalah saat itu.
Keesokan harinya,
“De’
bangun!! Hari ini loe ada kuliah pagi kan??” teriak Lala sambil
menggoyang-goyangkan badannya.
“Ya,
gue bangun. Sial kepala gue sakit banget.” Dea mencoba bangkit dari tidurnya
sambil memegangi kepalanya.
“De’
loe lebih baik jauhi Indra. Dia bukan cowok yang pas buat loe! Loe harus
tinggalin dia,”
“Apa?
Gampang banget loe bilang kayak gitu. Gue tadi malam sama Indra sudah resmi
pacaran, dan gue juga suka kok dengan dia.”
“Apa
pacaran!!!” cengang Lala sambil membuka kedua matanya lebar-lebar.
Kemudian
Dea beranjak dari tidurnya dan masuk ke kamar mandi. Beberapa jam kemudian Dea
tiba di kampus. Sesampainya di kelas dia teringat bahwa ada tugas manajamen
bank yang belum ia kerjakan. Tiba-tiba saja Yusa datang mendekati Dea, setelah
Yusa melihat kegelisahan Dea.
“Nih,
aku buat tugas double untukmu,” kata
Yusa sambil menyerahkan tugas kepada Dea.
“Wah
kebetulan banget, makasih ya?” jawab Dea yang dengan cepat menyambar tugas yang
ada di tangan Yusa tanpa menghiraukan Yusa di sampingnya.
“De’
aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Ngomong
aja tinggal ngomong kok.”
“Sebaiknya
kamu berhenti deh keluyuran di tempat-tempat gak bener itu. Kemarin malam aku
juga lihat kamu mabuk saat aku lewat di depan kostmu yang kebetulan aku dalam
perjalanan pulang kerja.” Yusa mencoba menasihati Dea.
“Eh
loe ngaca, loe tu sapa? Sok ngatur-ngatur kehidupan gue. Emang loe bapak gue
apa!!!”
“Dah
Loe minggir sana!! Bikin gue emosi aja!!” bentak Dea.
“Kenalin
aku Yusa, dan kelak kamu akan menyesal dengan perbuatanmu.” kata Yusa dengan
suara yang sedikit lirih, kemudian dia meninggalkan Dea yang duduk di bangku
paling belakang.
Tak
jarang Yusa membantu Dea. Setiap kali dia melihat Dea pulang larut malam, maka
secara tanggap Yusa membuat tugas kuliah keesokan harinya. Secara tidak
langsung Yusa memantau hal-hal yang dilakukan Dea. Kebetulan setiap Yusa pulang
kerja sebagai pelayan kafe, dia selalu melihat Dea pulang sehabis dugem dengan
Indra kekasihnya saat ini.
Kejadian
yang tidak dinginkan pun terjadi. Sudah 3 malam Dea tidak tidur di kost.
Setelah pulang kuliah, indra pun menunggu di depan pintu masuk kampus. Sorenya
Dea menemani Indra latihan basket, kemudian malamnya mereka gunakan untuk dugem
hingga dini hari. Dan selama tiga hari berturut-turut Dea tidur di rumah Indra,
yang kebetulan hanya dihuni Indra dan pembantu. Hubungan seperti suami istri
pun tidak bisa dihindarkan. Selama dua bulan berhubungan dengan Indra, Dea
telat dua bulan. Dan dokter pun memastikan bahwa Dea hamil. Perasaan Dea
menjadi bingung, dan sampailah berita tersebut kepada Indra. Setelah mendengar
berita itu, Indra pun sulit dihubungi. Dia juga tidak pernah terlihat dikampus.
Seakan-akan dia dengan sengaja menjauh dari Dea, yang menuntutnya untuk
bertanggungjawab.
Tiba-tiba
terlintas dalam pikiran Dea, bahwa ketika dia dekat dengan Indra dulu dia
pernah diajak bertemu dengan teman-temannya Indra di sebuah kafe dekat dengan jalan
arah Yusa bekerja. Dea pergi ke tempat yang ada dalam pikirannya, walaupun
dalam keadaan hujan pun dia tetap memaksakan diri. Yah benar saja, disitu Dea melihat Indra
dengan teman-temannya sedang ngobrol. Hatinya tiba-tiba terasa sesak dan sulit
bernapas, ketika melihat Indra merangkul tubuh seorang wanita. Tanpa berpikir
panjang Dea langsung melabrak Indra.
“Ndra!
Gue cariin loe kemana-mana, loe malah di sini! Loe mau menghindar ya dari gue!”
Teriak Dea dengan amarah yang tinggi.
“Urusannya
apa buat gue? Sekarang kita putus. Dan mulai sekarang kita gak da hubungan
lagi.” Balas Indra dengan nada yang lebih tinggi.
“Enak
aja loe bilang. Mana tanggung jawab loe!”kata Dea sambil menitikan air mata
“Apa?
Itu bukan anak gue. Loe nya aja yang murahan. Loe pasti tidur dengan banyak
laki-laki bukan gue saja kan?”
Indra
langsung menarik tangan teman kencannya dan masuk ke mobil meninggalkan Dea
tanpa menghiraukannya. Dea berlari ke arah mobil Indra dan menggedor-nggedor pintu
mobil. Namun, tidak ada respon sama sekali. Badan Dea basah kuyup dalam hujan
dan tangisannya. Tiba-tiba saja dari arah berlawanan terlihat Yusa yang
mengendari motornya ke arah kafe, tempat kerjanya.
“itu
bukannya Dea?” kata Yusa.
Yusa
pun memacu sepeda motornya mendekati Dea yang sedang di tengah jalan dan dalam
keadaan menangis.
“De’,
kenapa kamu di sini?” tanya Yusa sambil mengangkat badan Yusa.
“Loe
kenapa kemari, tinggalin gue sendirian. Biar gue mati sekalian,” kata Dea
sambil berontak ketika tubuhnya diangkat oleh Yusa.
“Kamu
keras kepala sekali sih? Lihat wajahmu pucat dan badanmu lemas sekali. Ayo kita
ke kost ku saja.”
Akhirnya
Dea luluh juga setelah dipaksa Yusa. Mereka berdua pun pergi ke kost-nya Yusa.
“Sekarang
kamu mandi dan keringkan badan kamu, aku pergi ke toko depan mau beli baju buat
kamu.”
Dengan
keadaan masih terisak-isak Dea menurut perintah Yusa tanpa berkata satu kata
pun. Setelah selesai mandi, Dea memakai baju yang dibelikan Yusa.
“Ini
minum teh panas dulu, biar hangat tubuhmu.” Sambil menyodorkan secangkir teh
hangat.
“Kenapa
sih loe baik ma gue Sa?”
Yusa
terdiam sejenak. Dia kaget Dea memanggil namanya. Bukan suatu kebiasan karena
Dea memanggil Yusa, melekat dengan kata-kata
‘hey loe!’, ‘hey anak kampung’, dan banyak lagi.
“Eee..gak
papa kok. Udah kewajiban manusia berbuat baik kepada orang lain.” Jawab Yusa
yang sedikit nervous.
“Termasuk
selalu buatin gue tugas, gitu?” tanya Dea dengan tatapan yang kosong dan
terbayang-bayang kejadian dengan Indra tadi.
Yusa
berpikir bahwa pasti Lala yang menceritakan semua kepada Dea bahwa selama ini
tugas-tugas Dea yang membuat adala Yusa.
“Sudahlah
gak usah dipikirkan. Sekarang kamu tidur di sini saja, karena cuaca gak
memungkinkan untuk ke kost kamu,” kata Yusa sambil merapikan selimut dan tempat
tidurnya.
“Temani
gue di sini ya Sa? Gue takut.” Pinta Dea.
“Tenang
aja aku tidur di kursi itu. Sekarang kamu tidur besok pagi aku antar ke
kostmu.”
Hari
sudah semakin malam. Seharian mencari keberadaan Indra, yang setelah bertemu
malah mencapakan dirinya, membuatnya letih, dan tidurnya tidak nyenyak.
Tiba-tiba terdengar suara igauan dari Dea. Yusa yang tidur di kursi dekatnya
kaget dan terbangun. Yusa mendengar igauan Dea. Dia sedikit kaget dan syok.
Yusa sekarang tahu permasalahan yang menimpa Dea.
Keesokan
harinya, Yusa memberanikan diri bertanya kepada Dea, tentang kehamilannya.
Akhirnya Yusa mengajak Dea untuk pergi menemui Indra. Keduanya sampai di rumah
Indra. Malang nasib Dea, mereka berdua dapat kabar dari pembantunya Indra.
Bahwa Indra telah pergi ke USA tadi pagi. Hati Dea pun semakin tercabik-cabik.
Dan Yusa hanya memberikan semangat di sampingnya.
Satu
minggu berlalu. Hubungan Yusa dan Dea pun semakin dekat. Yusa bersedia menjadi
ayah jika kelak anak dalam kandungan Dea lahir. Sementara Dea sendiri sangat
gembira sekali, dia tidak pernah membayangkan jika ternyata cowok yang dulu
dibencinya sekarang menjadi cowok yang paling spesial di hatinya, dan selalu
ada untuknya. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk menjalin hubungan yang
lebih serius. Kepribadian Dea berubah drastis setelah menjadi kekasih Yusa.
Usia kandungan Dea sudah mencapai 3 bulan. Hal yang membuat frustasi Dea karena
dia harus mengajukan cuti dan tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal tiga
bulan lagi.
Sementara
itu Yusa diterima kerja sebagai staff finance operator di Jakarta sebelum ia
lulus dari kuliahnya. Hal yang membanggakan buat Yusa. Tapi baru mendapatkan
kabar gembira dia
dikagetkan dengan telepon dari Lala.
“Sa sekarang loe pergi ke rumah sakit. Ada
sesuatu yang terjadi dengan Dea.”
“Emang apa yang terjadi dengan Dea, La?”
jawab Yusa dengan perasaan yang panik.
“Entar gue ceritain di sini, pokoknya loe
harus datang ke sini. Hati-hati di jalan Sa!”
Selang
beberapa waktu Yusa tiba di rumah sakit. Ia berjalan menuju ke rumah sakit.
Dengan keadaan tak karuan, sesekali dia mengambil napas untuk mempelancarkan
darahnya yang saling beradu dengan detak jantungnya.
“Ya
Tuhan, apa yang terjadi dengan kamu De’..?” tanya Yusa sambil mengelus-elus
kepala Dea, yang saat itu raut wajahnya terlihat pucat.
“aku
ga papa Sa’? Hari ini kamu kan harus menyiapkan segala sesuatunya untuk sidang
skripsi besuk..?” kata Dea dengan pelan dan hampir tidak terdengar.
“kamu
masih aja bilang, gitu. Tenang saja aku dah siapin semuanya kok. Kamu yang
sabar ya?” mata Yusa berair. Dia tak kuasa melihat kondisi Dea.
Kemudian
Lala menarik tangan Yusa dan mengajaknya menjauh dari tempat tidur Dea. Kemudian
Lala menceritakan semau kejadian yang dialami Dea.
“Dea
kemarin nglakuin arbosi Sa! Dia mengalami pendarahan yang hebat dan ditambah
lagi dokter menemukan infeksi di saluran kandungan dan rahimnya. Dan jiwaya
sedang terancam. Penanganannya pun sudah terlambat ” Jelas Lala.
“Apaa!!
Bodoh banget sih si Dea. Kenapa dia nglakuin semua ini!!” sambil memukul
dinding berkali-kali.
“Semua
sudah terjadi Sa! Sekarang loe hibur dia. Gue gak jamin kalau umur Dea lebih
lama lagi. Mari kita masuk ke dalam.” Lala coba menenangkannya.
Dan
benar saja ketika Yusa dan Lala masuk ke ruangan, kondisi Dea drop, denyut
jantungnya melemah, pernapasan pun juga tidak teratur.
“Sayang,
kamu harus kuat ada aku di sini. Aku akan slalu ada untukmu.” Kata Yusa sambil
meneteskan air matanya.
Dengan
sekuat tenaga Dea berusaha bicara kepada Yusa.
“Sa!
Maafin q ya? Aku gak mau kamu ninggalin aku, karena aku mengandung anak orang
lain. Aku hanya bisa sesaat membalas cintamu yang begitu besar padaku. Aku
sangat sayang padamu. Aku punya surat buat kamu, yang sudah aku kasihkan ke
Lala. Surat itu boleh kamu baca, kalau kamu sudah menikah. Permintaanku yang
terakhir, ciumlah keningku sayang...”
Karena
Yusa merasa bahwa umur Dea tidak lama lagi maka dia menuruti semua permintaan
Dea. Diciumlah kening Dea dengan penuh kelembutan dan tulus kasih sayang, dan
secara bersamaan detak jantung yang tergambar di layar elektrokardiografi (EKG)
pun menunjukkan detak jantung berhenti. Akhhirnya, Dea menghembuskan napas nya
yang terakhir dalam ciuman Yusa yang mendarat di keningnya. Sontak Yusa tidak
dapat membendung air matanya. Hatinya hancur dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dia sadar bahwa ini jalan cinta yang diberi oleh Tuhan kepadanya.
Kenangan
bersama Dea tidak akan mungkin ia lupakan. Walaupun sesaat, tapi berkualitas
bagi Yusa. Orang yang didamba-dambakannya dulu, telah ia dapatkan, walaupun
dengan kondisi yang tidak ia inginkan. Yusa selalu bersyukur dengan apa yang
didapatnya, dialaminya, dan dirasakannya. Tuhan Maha Adil.
Dua tahun kemudian......
Yusa
akan menikah dengan Rea. Dia bekerja sebagai customer service di sebuah bank. Orangnya tinggi, cantik, putih
rambutnya lurus terurai, ada lesung pipit di pipinya, dan perawakannya agak
kurus. Semua ciri-ciri fisik tersebut mengingatkan kepada Dea. Jika Dea masih
hidup, orang-orang akan beranggapan bahwa Dea dengan Rea, kembar! Dilihat dari
namanya juga hampir sama. Akhirnya mereka menikah.
Tiba-tiba
Yusa teringat dengan surat yang diberikan oleh Dea, sewaktu detik-detik
terakhir Dea. Kemudian dia mebuka surat itu yang tersimpan rapi di kotak surat.
Lalu Yusa membacanya.
To
My Lovely,
Sayang, makasih
kamu sudah mau menemaniku hingga akhir hayatku
Aku tidak bisa
membalas setimpal dengan besarnya sayang mu kepadaku,
Aku gak mau kamu
menanggung beban dengan anak dalam kandunganku ini.
Sayang, kamu adalah
laki-laki yang paling baik yang pernah aku temui.
Kamu bisa nerima
aku dalam kondisi seperti ini..
Aku perempuan yang
tidak layak jadi kekasihmu, seharusnya kamu dapat yang lebih baik dariku
Tapi kamu berusaha
mempertahankan cintamu padaku..
Aku yakin bahwa
hidupku tersisa sebentar lagi
Kamu harus kuat,
masih banyak perempuan yang lebih baik dariku.
Sayang, jika kelak
dirimu menikah, cintailah dia sepenuh hatimu seperti kamu mencintaiku
Jangan pernah
mengecewakan dia, ya J
Aku akan slalu di
samping kamu, menjagamu.....maaf jika aku telah menyusahkan kamu dan tidak
pernah bisa membalas yang setimpal cintamu kepadaku.
Tuhan mengirimkan
seeorang untuk membahagiakan aku, itu adalah kamu, sayangku.. J
Good bye....
Karena
sekeras apapun kesenangan yang didapatkan karena materi, ia tidak akan pernah
bisa memberikan kebahagiaan sejati, sebab kebahagiaan sejati tercipta karena
keikhlasan, kasih sayang dan ketulusan sesama untuk saling melengkapi. #agnes
davonar
Apabila kita
selalu salah,,,, penyesalan selalu timbul dan membuat kita benci akan diri
sendiri,,,,, kesalahan yang
membuat penyesalan seumur hidup, maka janganlah terlalu bersalah dalam
bertindak. Karena kesalahan proses dari kebenaran. #arcelina
Cinta
itu bukan dicari melainkan diciptakan untuk membuat sesuatu yang indah dalam
kehidupan, dan kasih sayang itu ada karena cinta yang timbul dari dalam hati
kita. #indrasaputro
No comments:
Post a Comment