Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau
manja..Upss. Ini lagunya Ada band kan? Kalau masih ada bandnya namanya Adaband,
Tapi kalau udah gak ada bandnya namanya jadi Gak Ada Band atau Udah Gak Ada
Band. Band yang di punggawai Doni ini telah menelurkan 9 album. Lo..Lo ngapain
kita ngomongin Ada Band. Lanjut ke benang merah. Maksud dari lirik lagu di atas
adalah mengingatkan kita pada masa-masa kecil dulu. Masa kecil yang dihabiskan
untuk bermain tanpa dilarang dan dimarahin. Main di empang yang airnya tercampur
dengan bermacam-macam kotoran makhluk mamalia. Jujur umur gue sekarang 22
tahun, padahal muka gue mirip orang yang berumur 30-an. Gile tua banget ya muka
gue. Di saat-saat ini gue sering berkhayal jadi kepengen balik lagi di
masa-masa SD lalu, yang kalau nangis gak usah pake malu-malu di kamar mandi.
Lalu, berbuat usil membuka rok-nya kakak kelas yang cewek-cewek. Ngintip cewek-cewek
tetangga yang sedang mandi di kali yang menyebabkan mata gue belekan hingga
satu minggu.
Gue merasakan jatuh cinta pertama kali
waktu kelas dua SD. Dulu hidung gue masih ingusan. Kadang-kadang kalau nggak
sempat ngusapin pake tissue, gue lap
kan ke baju gue. Dan sekarang hidung gue udah normal walaupun masih ada satu
masalah lagi, yaitu bulu hidung gue keluar ke mana-mana. Seperti kebanyakkan
anak kecil laki-laki lainnya. Kalau ngelihat cewek yang disukai pasti salting,
atau senyum-senyum sendiri kayak orang P.A. (pendek akal), termasuk gue.
Sewaktu Kelas satu SMP, gue suka sama cewek
yang bernama Dewi, anak kelas satu E, sebelahan dengan gue, kelas satu Dhe. Gue
tahu betul secara detail informasi tentang Dewi, walaupun gue tidak terlalu
akrab dengan Dewi. Nama panjang Dewi adalah Dewi Putri Ayu. Makanan favoritnya steak ayam, pantesan badannya tinggi dan
langsing kayak rumah Gadang (gak nyambung bangetz). Bapaknya Guru. Dia suka
sama aktor yang bernama Tom Cruise. Sosok wajahnya cantik, manis, dan imut-imut
seperti candy. Muka Dewi cantik alami
karena belum pernah disiksa dengan kuas bedak, penjepit bulu mata, spons wajah,
sikat alis dan bulu mata, dan kuas blush-on,
sehingga make happiness bagi mata
yang memandangnya, termasuk gue. Sekonyong-konyong gue jadi jatuh cinta.
Kelas satu SMP merupakan masa-masa yang
paling gue inget seumur hidup gue, karena waktu itu gue disunat untuk pertama
dan yang terakhir kalinya... idich sakit banget..(lebay karena inget disunat). Gue
sadar, setelah gue disunat ada perubahan dalam titit gue. Dulu waktu gue belum
disunat titit gue bebas bergerak tanpa tersakiti. Sekarang, ruang gerak titit
gue terbatas, apalagi sekarang udah jadi hewan yang dilindungi dan dikandangkan
dalam sangkar titit yang bernama SEMPAK.
“Lo suka ama Dewi ya, In? Bilang
Reza di depan gue.
“Eee...iya gue sebenarnya suka”
jawab gue dengan sedikit nervous.
“Tapi gue takut bilang ke Dewi. Kalau gue suka sama dia.” tambah gue lagi.
Reza adalah teman sekelas gue.
Lebih tepatnya soulmate gue. Ketika
Reza sedang membutuhkan bantuan gue selalu ada untuknya. Sebaliknya kalau gue butuh
bantuannya, kadang-kadang Reza gak ada di sebelah gue entah hilang kemana, mungkin udah dibawa Satpol PP (gak adil amat). Reza suka
sama Anggi, anak kelas dua A, dan masih satu sekolahan. Satu minggu yang lalu
Reza memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Anggi. Reza punya
teknik tersendiri untuk menyatakan cintanya, setelah dia menonton film Romeo and Juliet. Dia waktu itu mengendap-endap untuk masuk ke
kelas Anggi, yang saat itu Anggi berada di dalam kelas. Kemudian dia berlari
mendekati Anggi. Dengan penuh keyakinan, cintanya bakal diterima Anggi, dia
mengeluarkan bunga mawar yang disembunyikan di balik badannya sambil
mengatakan.
“I
love You, Anggi. Maukah kamu menjadi pacarku? Kalau kamu mau ambilah bunga
mawar ini”
Anggi terperangah lalu bilang
“Anak masih bau kencur nggak pantes pacaran ma kakak kelas! Bersihin dulu iler
lo tuch!”
Seketika Reza gondok. Dia nembak
cewek pertama kali langsung dikatain bau kencur, dan belum pantes ma kakak kelas.
Menurut gue ada yang salah dari perkataan Anggi. Karena gue temen deketnya
Reza, gue tahu betul tentang Reza. Reza itu bukan bau kencur, tapi baunya lebih
mirip seperti cuka, KECUT dan ASEM. Itu yang gue takutin untuk menyatakan cinta kepada
Dewi, walaupun dia bukan anak kelas dua.
Gue berada di dalam kamar Reza. Kamar Reza
dipenuhi dengan gambar band-band top mancanegara dan Indonesia. Gue kaget
sewaktu lihat di dinding kamar Reza di sebelah pojokan ada gambar Inul
Daratista, gue baru sadar ternyata Reza adalah makhluk yang paling labil yang pernah gue
temui. Kita berdua sedang memikirkan bagaimana cara dekatin Dewi.
“Gimana kalau lo kasih bunga
setiap pagi di mejanya. Kemudian di atasnya lo taruh kertas yang berisi puisi cinta lo.”
“Good Idea, tapi siapa yang mengantarkan ke meja Dewi?”
“Lo dongo banget sih, lo kan
bisa sendiri. Lo ke kelasnya sebelum Dewi berangkat sekolah. Gue entar bantu
mengawasi lo.”
“Eee.. baiklah entar gue usahain.”
Jawab gue sambil menaruh kedua tangan di belakang kepala.
Esok paginya, gue sengaja datang
lebih awal untuk menyelidiki kapan Dewi sampai di sekolah. Benar saja, Dewi
berangkat sampai di sekolah pukul 06.45. gue sudah dapet informasi tentang Dewi
lewat teman-temannya, dan gue catat di note
book gue. Dan secara tiga hari berturut-turut gue ngasih bunga mawar dan kertas yang berisi puisi cinta gue di meja Dewi.
Pelajaran pertama adalah
biologi. Waktu ada tugas dari Guru untuk melakukan observasi hewan-hewan yang
ada di taman sekolah. Gue langsung memilih taman yang berada di depan kelas
Dewi. Sembari melakukan Observasi, gue curi-curi pandang ke arah Dewi yang
kebetulan pintu kelasnya terbuka. Ketika Dewi ngelihat gue, gue pura-pura buang
muka.
Petang Hari......
Petang Hari......
Gue sama Reza berada dalam
kamarnya. Gue sudah menjalankan semua nasihat yang telah diberikan Reza kepada
gue. Hari pertama sampai hari ketiga gue kirim bunga mawar merah dan selembar
kertas yang berisi puisi cinta. Dan gue gak tahu surat dan bunganya disimpan
Dewi ataukah dibuang seperti buang anak kucing ke tempat sampah.
“Za, gue dah melakukan saran lo sampe
tiga kali. Selanjutnya apa lagi yang harus gue lakukan” tanya gue di depan
mukanya.
“Sekarang lo saatnya nyatain
perasaan lo ke Dewi. Besok, Lo tembak Dewi waktu istirahat pertama.” Mukanya
tiba-tiba terlihat gahar.
“Ok..aaa....Ok” gue jawab dengan
gaya lagunya T2. Setelah gue ngelihat T2 perform
di teve, sembari ngelihat rock pendeknya Tika dan Tiwi kali aja kelihatan seperti liriknya lagu Jamrud, ‘Isi dalam Rokmu’.
Gue sudah melakukan semua yang disarankan
oleh Reza walaupun gue pesimis, karena Reza sendiri ditolak sama Anggi. Gue pun
memutuskan untuk pulang. Menghindari omongan negatif tetangga tentang gue dan
Reza.
Esok harinya, pas istirahat pertama, gue stand by di depan kelas satu A, jalan
satu-satunya ke arah kantin. Gue di situ mondar-mandir menunggu Dewi jajan
tempe goreng di kantin. Gue berharap juga jika nanti berprapasan dan ngomong
dengan Dewi, rasa nervous, grogi, dan
herpes gue hilang.
“Hhhhhfff, Dewi datang. Gue harus siap-siap
nih.” Gue berbicara sendiri seperti orang idiot.
Dewi datang dari arah ujung. Seperti
biasanya rambut panjangnya terurai oleh angin. Untung muka Dewi cantik, coba
kalau jelek pasti mirip Mak Lampir yang sedang bernafsu untuk menghajar Sembara.
Jarak gue dan Dewi sekarang menjadi tiga langkah. Kalau lima langkah entar Uut
Permatasari datang ke hadapan gue sambil goyang ngecor. Gue langsung mencegat
Dewi dan mengatakan sesuatu kepada Dewi.
“Dewi, kemarin lo udah terima
bunga dan puisi dari gue belum?” tanya gue dengan kebelet pipis karena saking
groginya.
“Oh ternyata yang naruh di meja
gue itu elu ya.” Jawab Dewi sambil senyum-senyum sendiri. “Ya kemarin gue terima
puisi lo bagus juga.”
‘Dewi tersenyum, apakah itu tandanya...... ah gue tembak aja sekarang.’
dalam hati gue.
“Ok. Wie. Sekarang gue mau
ngomong sesuatu sama lo. Sebentar aja.”
“Ya udah buruan gue mau ke
kantin nih.”
“ Gueee....”
“gugg... gguu gu..gu..gu e “ kata gue kayak anjing menggogong minta
tulang ke majikannya.
“Ah, lama banget sih. Cepetan
gue mau ke kantin nih.” Potong Dewi.
“GUE SUKA MA LOE!!” teriak gue
sambil memejamkan mata untuk memperlancar intonasi suara.
“HAHAHAHA....”
“Kok loe ketawa Wie? Itu tandanya
loe juga suka sama gue ya?” Tanya gue dan berharap itu benar.
“HAHA.... ok.. ok. Gini sekarang
lo pergi ke kelas lo dan teriak kalau lu suka sama gue di depan teman-teman lo. Dan pantes gak lo jadi pacar gue”
Jelas Dewi sambil senyum-senyum sendiri. “Gue mau pegi ke kantin!”
Gue nuruti perintah Dewi. Akhirnya
gue teriak di depan teman-teman kelas gue. Mereka semua tertawa terbahak-bahak
seperti habis nonton Opera van Java. Dan gue lebih mirip Sule yang hidungnya mancung ke dalam. Tiba-tiba Reza teriak.
“Hoyyyy, Indra resleting celana
lu!!”
Sial ternyata resleting celana
gue belum gue tutup. Dan pantesan Dewi dari waktu gue cegat cuma senyum geli. Dan
Inilah kisah cinta SMP (Senandung Masa Piler) gue. Cinta dikandaskan oleh resleting celana yang
kebuka. Dan terlihat sehelai kain berwarna putih yang menutupi titit gue, itu adalah CD gue.
Akhirnya kejadian ini gue bilangin ke nyokap. Tapi nyokap gue balik bilangin gue.
“Itu cinta MONYET dik.”
Cinta Monyet? Siapa yang monyet? Gue apa
Dewi? Walaupun sekarang rambut pantat gue udah tubuh dan menjalar ke mana-mana,
tetep aja gue gak bisa disamakan dengan monyet.
Cinta di waktu kecil sangat menyenangkan. Hanya
butuh mental dan sikap cool bisa
menggaet cewek. Tapi sekarang butuh materi dan tampang model seperti Roy Suryo,,, upsss Roy Marteen.
No comments:
Post a Comment