Friday, March 30, 2012


Gue kemarin habis putus dengan pacar gue tanpa alasan yang jelas. Gue marah, dan kemarin malam gue ketemu ma pacar gue. Kemudian gue bilang ma pacar gue.
Gue  :     “Eh. Kenapa sich loe mutusin gue?? Ternyata loe itu sama dengan cewek-cewek lainnya. Loe itu Bajingan
Cewek gue : “Yeeehhh, mending gue bajingan, lah daripada loe Homo.
Gue langsung shock. Dan gue bertanya dalam hati gue, kenapa dia tahu kalau gue Homo?

Dan saya itu adalah orang  yang paling sempurna dan romantis untuk dijadikan pacar.
Itu semua dikatakan di kuis FACEBOOK.
                                                         
Selama gue bersekolah, gue sudah memecahkan rekor sebagai siswa dengan nilai merah selama 12 tahun selama gue bersekolah. Hal tersebut dikarenakan, ketika guru agama gue bilang kalau anak yang berani kepada orang tua adalah durhaka. Dan gue tidak setuju dengan itu. Menurut gue, anak yang berani dengan orang tua adalah anak pemberani.





Setelah beberapa kali saya putus dengan pacar saya, akhirnya saya putuskan untuk mencari cewek yang taat agama dan solihah, tapi yang saya dapatkan malah cewek hot dan sexy abis..
Dan bukan itu saja, cewek gue gak pernah solat.
Iya dia gak pernah solat karena beda agama.

susah cari jodoh kayak di SPBU, setiap ketemu selalu bilang, baik mas di mulai dari nol ya..?

1. Kalau lagi makan di restoran dan laper banget, pastinya kita selalu pengen makanan cepet datang. Nah, gue suka sebel kalau lagi laper dan ketemu pelayan yang senang menghafal, yaitu tipe pelayan yang seneng banget ngulang-ngulang pesenannya padahal perut gue udah kelaperan banget. Kadang-kadang sampai tiga kali. Udah gitu masih salah pula pas pesenannya dateng.
Tapi diantara semuanya gue paling sebel sama tipe pelayan yang terlalu memberikan banyak pilihan. Berikut adalah pembicaraan yang lazim terjadi dengan pelayan seperti ini: ‘Mas, mau mesen apa?’ ‘Ayam’ ‘Ayamnya dada atau paha?’ ‘Paha.’ ‘Pahanya kanan atau kiri?’ ‘Uhh.. kanan.’ Nyari makan kok kayak nyari jodoh. Mbak, saya mau makan, bukan mau menikahi makanan anda.
2. Gue selalu bingung sama kebiasaan orang indonesia yang kalau belum makan nasi berarti belum ngerasa makan. Kayak gue pernah nanya pacar gue, ‘Sayang, kamu udah makan?’ dia jawabnya, ‘Belom, tadi makan roti doang.’ Lah, emangnya rotinya gak dimakan? Emangnya rotinya dimasukin lewat infus?!
3. Soal nama makanan. Ada yang tau Kue Tete? Tadinya gue pikir kue ini namanya Kue Ape atau Kue Cucur. Tapi, kata Nyokap gue, namanya Kue Tete soalnya… bentuknya kayak tete. Jika itu alasannya, maka menurut gue namanya salah. Coba perhatikan bentuk dari Kue Tete:
Berdasarkan bentuknya, kue tete seharusnya disebut sebagai kue Tete Alien.
Soalnya ijo. Hanya alien yang tetenya ijo.

Ada lagi namanya Kue Cubit. Kue Cubit bentuknya seperti ini:
Untung tidak ada Kue Cubit yang dicampur sam Kue Tete, kalo enggak, jadinya begini:
Namanya adalah penggabungan antara Kue Cubit dengan Kue Tete: Kue Cubit Tete.
4. Pas gue masih kecil, setiap kali gue laper pasti gue minta disuapin. Pas lagi nyuapin, Nyokap akan mengambil sendok beserta nasi, lalu melayangkan sendok tersebut ke udara sambil bilang, ‘Ini pesawatnya mau mendarat, pesawatnya mau mendarat ke.. mulut kamu.’ Gue lalu membuka mulut lebar-lebar, Nyokap mendaratkan sendok ke dalam mulut dan bilang, ‘Ammmm. Enak kan’. Mungkin gara-gara itu, sekarang setiap kali gue ngeliat pesawat terbang di udara, bawaannya pengen mangap.
5. Gue kesel banget kalo lagi laper dan harus makan di restoran Jepang. Bukannya kenapa-napa, tapi kalo lagi laper-laper kalo misalnya masuk ke restoran lagi laper2 eh diteriakin IRRASSHEEMSEEE! Orang laper itu kan gampang kesel, apalagi kalau diteriak-teriakin. Kalau kayak gitu biasanya gue bales, IYASSANTEAJESEEEEHHH!
6. Kata orang kalau kebanyakan makan gak bersih nanti nasinya nangis. Tapi kalau makan nasi sampai piringnya bersih nanti jadi gendut, terus pacarnya yang nangis. Ada lagi yang bilang kalau makannya gak bersih, nanti jodohnya berewokan. Melihat cewek gue sekarang, gue nyesel kenapa dulu kalau makan nasi gak bersih…
ini orang pasti istrinya dulu makan gak pernah bersih
7. Perut keroncongan itu istilah dari mana coba? Kalau perut gue lagi laper, pasti jatohnya jadi perut death metal-an. Suaranya besar, lantang, dan sering kali jatoh korban (gue sendiri).
8. Gue paling sebel kalau lagi laper terus makan di restoran yang harus masak-masak sendiri. Belom lagi kalau masaknya gak enak (ini bakat terpendam gue: resep apa pun pasti jadi sangat menjijikan hasilnya jika gue yang masak). Buat gue, restoran yang masak sendiri itu sama kayak pergi ke toko baju dan harus gunting sendiri.
9. Orang Indonesia itu selalu malu-malu kalau lagi makan rame-rame. Ambil contoh kalau lagi makan pizza rame-rame. Mereka pasti saling gak enak, kalau tinggal satu gak ada yang ngambil. Padahal perut udah laper banget, dan dalem hati sama-sama pengen dapet potongan yang terakhir. Kadang sampai kebawa mimpi.
10. Gue bingung sama orang yang bilang, ‘Eh coba deh makanan ini.’ ‘Enggak ah, kayaknya gak enak.’ ‘Enggak kok, gak ada rasanya.’ Kalau gak ada rasanya kenapa lo makan…
Dis

1. Kasih jarak dulu
Sebelum mengedit tulisan kamu, simpen dulu tulisan tersebut minimal satu minggu. Begitu kamu selesai menulis draft 1, jalan-jalan dulu, lupakan tentang naskah kamu. Baru, setelah seminggu, kembali ke naskah kamu. Dengan memberikan waktu/jarak seperti ini, pasti mata kamu dalam membaca naskah kamu akan lebih fresh. Mata kamu akan menjadi mata seorang pembaca yang bisa melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak terlihat sewaktu sedang menulis dulu.

2. Lebih padat lagi!
Bagi gue, mengedit lebih berarti memotong, atau merampingkan. Gue akan lihat kalimat-kalimat yang bisa dibuat lebih “padet”. Gue akan coba menggunakan kata yang lebih sedikit untuk tujuan yang sama. Misalnya, di naskah ada tulisan: “Gue sama sekali enggak tahu apa gue harus pergi ke sana atau tidak.” Kalimat ini akan gue buat lebih padet dengan menulisnya seperti ini aja: “Gue bingung ke sana apa enggak.” Kalimat dengan jumlah kata yang sedikit seperti ini membuat tulisan kita tidak terasa “sesak” dan “ramai”.

3. Kurangi kalimat pasif

Gue pasti sebisa mungkin menggunakan kalimat aktif. Setiap kali gue nemu kalimat pasif, pasti gue ubah menjadi aktif. Seperti misalnya: “Ketimun itu diambil Edgar” akan gue ganti menjadi “Edgar mengambil ketimun”. Penulisan kalimat dalam bentuk aktif akan membuat pembaca bisa membayangkan kalimat tersebut dengan lebih visual. Kalimat aktif juga membuat pembaca merasa tulisannya bergerak maju, dan orang-orang ditulisan tersebut terasa melakukan kegiatan.

4. Speaker attribution
Speakter attribution berarti frase yang menandakan siapa yang berbicara dalam kalimat langsung. Misalnya “kata Edgar”, atau “kata gue”, atau “kata Nyokap”. Biasanya dalam mengedit gue akan membuat dialog menjadi lebih enak divisualkan dengan mengganti/mencampurkan speaker attribution dengan sebuah kegiatan.

Misalnya:
“Gar, di buku Marmut Merah Jambu ada cerita tentang kamu ya!” seru gue.
“Sudah cukup, Bang! Aku udah gak mau lagi ditulis di buku Abang,” kata Edgar.
“Tapi Gar, kalo abang kasih sepuluh ribu perak mau?” tanya gue.
“Mau, Bang! Mau!” kata Edgar.

Gue edit menjadi lebih visual dan tidak membosankan menjadi:
“Gar, di buku Marmut Merah Jambu ada cerita tentang kamu ya!” seru gue.
“Cukup, Bang!” Edgar menggelengkan kepalanya. “Aku udah gak mau lagi ditulis di buku Abang!”
Gue mengeluarkan dompet, “Tapi, Gar… Kalo abang kasih sepuluh ribu perak mau?”
“MAU BANG! MAU!”
Harga diri Edgar ternyata lebih murah daripada gue kira.

4. Cek typo
Selalu cek dan re-check tulisan kamu sudah bebas kesalahan ketik. Tidak ada yang lebih nyebelin buat editor penerbit baca selain naskah yang banyak salah ketik.

5. KISS = Keep It Simple, Stupid!

Gue adalah tipe penulis yang selalu menghindari penggunaan kata yang terlalu berat. Kalau gue nemuin kata seperti ini dalam buku gue: “Dia harus lebih konsisten dalam mengaktualisasikan idenya.” biasanya gue akan ganti menjadi “Dia harus lebih sering mewujudkan idenya.” Kata-kata dalam Bahasa Inggris yang keluar pas lagi nulis draft pertama seperti “gesture” gue pasti rubah menjadi “sikap”. Sebisa mungkin gue menulis dengan istilah yang lebih banyak orang tahu. Semakin simpel, semakin baik. Menulis bukan untuk memberitahu kamu pintar dan ngerti banyak kata-kata aneh, tapi untuk mengkomunikasikan cerita kamu secara efektif kepada pembaca.

6. Struktur dulu, baru komedi

Karena gue adalah penulis komedi, sewaktu menulis gue berusaha untuk tertawa pada jokes gue. Kalau gue ketawa, berarti jokesnya berhasil, paling enggak buat gue. Kalau lagi editing, gue emang jarang ketawa sama jokes yang gue buat sebelumnya (karena udah tahu apa jokesnya apa). Tapi, biasanya gue akan selalu mencari celah untuk memasukkan komedi ke dalam tulisan gue sembari gue mengedit.

Buat kamu yang mau menulis komedi, jangan takut kalau dalam draft pertama tulisan kamu belum lucu. Komedi akan datang sendirinya kalau struktur tulisan kamu sudah rapih dan benar. Konsentrasi dulu dengan cerita yang mau kamu sampaikan, dan komedi bisa ditambahkan/dieksplorasi pada saat rewriting. Hindari penulisan komedi yang malas seperti memasukkan tebak-tebakan, cerita lucu, ini semua harus dihapus pas lagi ngedit tulisan kamu.

7. Hindari hal-hal klise

Gak tahu dengan penulis lain, tapi gue gak terlalu suka dengan penggunaan istilah yang klise seperti “Dia seperti tong kosong nyaring bunyinya”, atau “Dia cewek terindah yang pernah gue lihat”, atau “Gue cinta sama dia setengah mati”. Istilah klise ini selain sudah terlalu sering digunakan, juga tidak memperkaya tulisan kita sendiri. Setiap kali ngedit, gue mencari istilah-istilah klise ini, membuangnya, dan mencari metafor lain yang belum pernah dipakai sebelumnya.

8. Udah kelar? Edit lagi!
Writing is rewriting. Kalau kamu pikir editan kamu udah bagus, kasih jarak seminggu, lalu baca ulang dan edit lagi. Ulangi sampai kamu merasa tulisan kamu sudah benar-benar bagus. Kecuali kalo kamu ditungguin editor dan naskahnya sudah masuk deadline mau terbit kayak gue. Huehehehhe.. (twitter @indra_saputro)

No comments:

Post a Comment